Relativisme
berasal dari kata Latin, relativus,
yang berarti nisbi atau relatif. Sejalan dengan arti katanya,
secara umum Relativisme berpendapat bahwa perbedaan manusia, budaya, etika,
moral, agama, bukanlah perbedaan dalam hakekat, melainkan perbedaan karena faktor-faktor
di luarnya. Sebagai paham dan pandangan etis, relativisme berpendapat bahwa
yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah tergantung pada
masing-masing orang dan budaya masyarakatnya sedangkan Relativisme Budaya (Cultural Relativism) adalah prinsip
bahwa kepercayaan dan aktivitas setiap orang harus dipahami menurut budaya
orang itu sendiri. Sehingga dapat
dipahami bahwa penganut teori ini adalah orang–orang mengedepankan toleransi sebagai
hakekat utamanya dan segala sesuatu terjadi (Positif atau Negatif) tergantung
pada faktor di luar manusia itu sendiri. Mengutip pendapat Teichman yang
menyatakan Relativisme Kultural adalah yang benar dan salah, baik dan jahat,
tergantung seluruhnya pada masyarakat tempat anda hidup (Jenny Teichman,1998;10).
Indonesia
dengan keheterogenan masyarakatnya dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari
berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama dengan semboyan nasional,
"Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda
namun tetap satu") atau keberagaman yang membentuk Negara memiliki
potensi yang sangat kuat untuk mengejawantakan teori ini. Fakta perbedaan
kultural di Indonesia tersebut tak dapat terelakkan lagi, berbagai kajian “antropologis dan sejarah” telah banyak
dihasilkan yang menggambarkan begitu beragamnya kultur bangsa ini.
Seperti yang kita tahu saat ini Indonesia penuh sesak dengan kekerasan Vigilante dan Intoleransi oleh oknum – oknum yang ingin memecah belah keutuhan Negara ini, sedangkan Relativisme kultural menolak semua itu, Relativisme Kulural tidak menghendaki adanya prinsip menghakimi komunitas lain. Dikatakan bahwa tidak ada kebenaran atau kesalahan diatas atau melampaui norma-norma sosial dan tak ada jalan untuk membandingkan atau mengelompokkan norma-norma sosial yang berbeda secara objektif (sekalipun semuanya mengandung kebaikan).
Dalam pandangan Relativisme Kultural tak ada alasan untuk mengatakan komunitas lain tak bermoral dengan menggunakan tata tertib komunitasnya sendiri (Coercion), hal ini disebut juga dengan “Imperialisme Kultural”. Paling baik menurut paham kaum Relativisme Kultural adalah tidak menghakimi siapapun karena ukuran moralitas yang kita gunakan bahkan belum tentu satu pandang dengan orang lain yang satu daerah dengan kita, jika orang itu beda komunitas.
Dari pemikiran Relativisme Kultural ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tidak ada penilaian objektif yang diakui dalam teori ini. Menurut aksiomanya, memberikan penilaian objektif tidaklah mungkin karena orang yang menilai pasti beranggapan objektif, tapi bagaimana dengan orang lain? Inti dari teori ini adalah Relativisme Kultural tidak ingin mengambil resiko atas urusan moralitas, sehingga segala konsekuensi yang bakal timbul selalu dihindarinya untuk menghindari benturan kepentingan dan menurut saya, pemahaman filsafat ini adalah pemahaman yang paling Ideal diterapkan di Indonesia karena segala perbedaanya sehingga tak ada alasan untuk mengatakan komunitas lain tak bermoral dengan menggunakan tata tertib komunitasnya sendiri karena yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah tergantung pada masing-masing orang dan budaya masyarakatnya.
Seperti yang kita tahu saat ini Indonesia penuh sesak dengan kekerasan Vigilante dan Intoleransi oleh oknum – oknum yang ingin memecah belah keutuhan Negara ini, sedangkan Relativisme kultural menolak semua itu, Relativisme Kulural tidak menghendaki adanya prinsip menghakimi komunitas lain. Dikatakan bahwa tidak ada kebenaran atau kesalahan diatas atau melampaui norma-norma sosial dan tak ada jalan untuk membandingkan atau mengelompokkan norma-norma sosial yang berbeda secara objektif (sekalipun semuanya mengandung kebaikan).
Dalam pandangan Relativisme Kultural tak ada alasan untuk mengatakan komunitas lain tak bermoral dengan menggunakan tata tertib komunitasnya sendiri (Coercion), hal ini disebut juga dengan “Imperialisme Kultural”. Paling baik menurut paham kaum Relativisme Kultural adalah tidak menghakimi siapapun karena ukuran moralitas yang kita gunakan bahkan belum tentu satu pandang dengan orang lain yang satu daerah dengan kita, jika orang itu beda komunitas.
Dari pemikiran Relativisme Kultural ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tidak ada penilaian objektif yang diakui dalam teori ini. Menurut aksiomanya, memberikan penilaian objektif tidaklah mungkin karena orang yang menilai pasti beranggapan objektif, tapi bagaimana dengan orang lain? Inti dari teori ini adalah Relativisme Kultural tidak ingin mengambil resiko atas urusan moralitas, sehingga segala konsekuensi yang bakal timbul selalu dihindarinya untuk menghindari benturan kepentingan dan menurut saya, pemahaman filsafat ini adalah pemahaman yang paling Ideal diterapkan di Indonesia karena segala perbedaanya sehingga tak ada alasan untuk mengatakan komunitas lain tak bermoral dengan menggunakan tata tertib komunitasnya sendiri karena yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah tergantung pada masing-masing orang dan budaya masyarakatnya.
Komentar
Posting Komentar